Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NICL) atau Harita Nickel Roy Arman Arfandy mengungkapkan dirinya menunggu pemerintah dan pemain lain untuk menyelesaikan rantai nilai industri baterai kendaraan listrik (EV) Indonesia.

Harita saat ini merupakan satu-satunya produsen nikel sulfat dan kobalt sulfat di Indonesia. Kedua produk antara tersebut merupakan bahan baku utama yang dapat digunakan untuk membuat kendaraan listrik.

Meski demikian, Roy mengaku nikel sulfat produksi Harita sampai saat ini masih diekspor karena belum ada pabrik di dalam negeri yang bisa mengolahnya menjadi prekursor, katoda nikel hingga menjadi baterai kendaraan listrik.

“Harita sudah setengah jalan karena dari 6 chain, mining mejadi MHP ke nikel sulfat [telah terpenuhi] atau setengah jalan menuju pembuatan baterai,” jelas Roy.

Meski masih belum ada pabrik di dalam negeri dirinya percaya permasalahan ini ke depannya akan terselesaikan dengan pemerintah dan sejumlah pihak telah mengungkapkan komitmen pembangunan pabrik baterai di Indonesia.

“kalau pemerintah memantik investor, ekosistemnya tercipta, saya berharap pabrik prekursor, katoda dan baterai ev menyusul agar ekosistem ini jalan sirkular,” jelas Roy.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Baterai LFP Vs Nikel, Mana Lebih Untung?


(fsd/fsd)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *