Jakarta, CNBC Indonesia – Penetrasi layanan keuangan di Tanah Air masih jauh asap dari api. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat inklusi keuangan di Indonesia belum maksimal, hanya di level 85,10%.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan, tingkat inklusi keuangan di Indonesia telah mencapai 85,10%. Survei ini dilakukan di 76 kabupaten/kota di 34 provinsi dengan responden sebanyak 14.634 orang usia dewasa (15 – 79 tahun). Capaian ini hanya meningkat 1,5% jika dibandingkan tingkat penggunaan akun pada tahun 2021 yang sebesar 83,6%.

Sementara itu dari sisi kepemilikan akun, terdapat 65,4% masyarakat usia dewasa di Indonesia pada tahun 2021. Capaian ini meningkat 3,7% apabila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada periode sebelumnya.

Belum maksimalnya penetrasi layanan keuangan kepada masyarakat membuka peluang besar bagi raksasa-raksasa finansial dunia untuk masuk dan berkecimpung di industri keuangan di Indonesia, tidak terkecuali dari Korea Selatan.

Beberapa grup keuangan ternama asal Korea kepincut masuk ke Indonesia. Pasar perbankan menjadi satu industri keuangan yang dilirik. Daya tarik industri perbankan di Tanah Air memang bukan main-main. Prospek marjin bunga yang masih relatif tinggi menjadi salah satu pertimbangan.

“Terakhir itu kalau enggak salah profitabilitasnya sudah lumayan. Kalau enggak salah return of asset sekitar 1,3-1,5% seperti itu. NIM-nya 4,3% atau 4,4%. Kemudian return of equity 18% kalau enggak salah. Itu sudah lumayan. Sudah mendekati normal. Kalau era normal itu ROA hampir 2%. ROE sektiar 20%. NIM kita mau diatur 5%,” tutur Pengamat Ekonomi, Doddy Ariefianto kepada CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.

OJK mencatat rasio marjin bunga bersih (NIM) industri perbankan mengalami peningkatan dari 4,71% pada akhir 2022, menjadi 4,81% per akhir Desember 2023. Rasio profitabilitas lainnya yang cukup menjanjikan adalah return on asset (ROA) yang juga menunjukkan tren kenaikan dari 2,43% dari akhir 2022, menjadi 2,74% di akhir Desember 2023.

Doddy menambahkan, prospek industri perbankan masih sangat terbuka karena belum berada di titik puncak kala pertumbuhan ekonomi bisa bergulir dengan maksimal. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor riil.

“Sektor riil kita kan kita lihat belum ada gebrakan. Jadi tumbuhnya (PDB) 5% gini-gini saja. Prediksi 2024 sekitar itu. Jadi prediksi ekonomis seperti itu, saya kria perbankan enggak banyak berubah. Overall profitabilitas bagus. Tapi dibandingkan dengan peak-nya enggak. Istilahnya perbankan kita enggak bekerja pada peak performance, tidak pada performa puncaknya,” terang Doddy.

Sementara itu, Ekonom INDEF, Nailul Huda bilang sektor keuangan jika melihat tren harga saham dan analisis kinerja perusahaan sedang menunjukkan tren yang cukup bagus. “Kinerja pertumbuhan penyaluran kredit perbankan juga sangat bagus yang membuat kinerja keuangan perusahaan lanjut positif,” terang Nailul.

Selain itu, ekonomi domestik yang masih kuat juga bisa menjadi pendorong pertumbuhan kredit nasional. Bahkan pada tahun 2024, dirinya optimistis pertumbuhan kredit bisa ke angka dua digit.

“Kehadiran digital bank juga membuat bank lainnya berinovasi sehingga memberikan masyarakat produk yang kompetitif,” imbuhnya. 

Catatan CNBC Indonesia, bank-bank dan grup finansial asal Korea berbondong-bondong masuk mengakuisisi saham bank-bank medioker di Tanah Air. Sebut saja KB Financial Group, yang melalui Kookmink Bank masuk mengakuisisi Bank Bukopin pada 2018. Di mana kini bank terbesar di Korea itu telah menjadi pemegang saham pengendali bank yang kini mengusung merek KB Bank.

Lalu ada Hana Financial Group yang lebih dahulu masuk ke pasar Indonesia pada 2007 dengan mengakuisisi PT Bank Bintang Manunggal, mengubahnya menjadi bank umum dengan nama PT Bank Hana. Pada periode 2013-2014 melakukan penggabungan usaha dengan PT Bank KEB Indonesia. Sehingga mengubah namanya menjadi PT Bank KEB Hana Indonesia dengan merek Bank Hana.

Kemudian ada Shinhan Financial Group yang lewat Shinhan Bank membeli dua bank sekaligus, yakni PT Bank Metro Express dan PT Centratama Nasional Bank, yang proses peleburan menjadi PT Bank Shinhan Indonesia kelar pada 2016.

Woori Bank juga tidak mau ketinggalan. Setelah masuk melalui PT Bank Woori Indonesia, salah satu bank besar di Korea Selatan itu menjalin kerja sama strategis dengan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. Sepanjang 2014 proses penggabungan dua entitas dilakukan dan menghasilkan PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk

Belum habis, datang lagi Industrial Bank of Korea (IBK) yang pada 2019 mengakuisisi dua bank sekaligus, yakni PT Bank Mitraniaga Tbk dan PT Bank Agris Tbk. Setelah melakukan penggabungan usaha kedua bank tadi, maka muncul PT Bank IBK Indonesia Tbk.

Selain itu, ada APRO Financial yang membeli PT Bank Andara, dan kemudian mengubahnya menjadi PT Bank Oke Indonesia pada 2017. Juga PT Bank Dinar Indonesia Tbk pada 2018. Setelah menjadi pemegang saham mayoritas di kedua bank tersebut, perusahaan pembiayaan asal Korea Selatan itu menggabungkan kedua entitas tersebut pada 2019, dengan memakai identitas PT Bank Oke Indonesia Tbk.

Sebagai salah satu bagian dari grup finansial terbesar di Korea Selatan, KB Bank melihat potensi sangat besar di Tanah Air. Terlebih dengan adanya sokongan dari induk usaha untuk meningkatkan layanan. Seperti yang telah dilakukan adalah dengan melakukan Adopsi teknologi Next Generation Banking System (NGBS) dari KBFG sebagai bentuk kolaborasi grup untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Presiden Direktur KB Bank, Tom (Woo Yeul) Lee optimis bisa mendorong perkembangan KB Bank di Indonesia. Apalagi ia melihat Indonesia memiliki masa depan yang baik dan masih akan terus berkembang.

“Populasi Indonesia enam kali lipat dari Korea Selatan (Korsel) dan yang terpenting Indonesia (memiliki) sumber daya alam yang akan membuat negara ini tumbuh lebih cepat dari Korsel,” jelas Tom (Woo Yeul) Lee. 

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Negara-negara Asia Ini Ikut Langkah RI ‘Buang’ Dolar AS


(bul/dpu)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *