Jakarta, CNBC Indonesia – Pertumbuhan likuiditas perbankan Indonesia terpantau kuat pada April 2024. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh mencapai 8,21% secara tahunan (yoy) per April 2024.

Dari data BI, DPK yang semula berada di posisi 3,8% pada Desember 2023 perlahan naik. Kenaikan ini, menurut BI, disumbang oleh korporasi RI yang memiliki ekses pendapatan.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David E. Sumual mengungkapkan DPK terbantu oleh spending pemerintah yang lebih bagis dibandingkan tahun lalu. Selain itu, dia melihat ada rebound harga komoditas. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan DPK korporasi.

Wakil Ketua DK OJK Mirza Adityaswara mengungkapkan likuditas perbankan yang saat ini masih aman meski sedikit lebih ketat jika dibanding 2 tahun saat pandemi covid-19.

Namun jika dibanding pra-pandemi maka likuiditas perbankan masih sangat baik yang tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang masih di angka 27% jauh diatas posisi pra-pandemi dikisaran 19%.

“Beberapa bank bilang likuiditas ketat, tetapi itu jika dibandingkan dengan dua tahun lalu. Dua tahun lalu, situasi memang masih krisis Covid,” ujarnya kepada CNBC TV, dikutip Senin (27/5/2024).

Kendati demikian, Mirza menegaskan perbankan mulai menyalurkan kredit. Per Februari 2024, penyaluran kredit telah mencapai Rp 7.095 triliun.

Gubernur BI Perry Warjiyo telah menegaskan bahwa pertumbuhan DPK tersebut menjaga likuiditas bank untuk menjamin kelanjutan ekspansi kredit. Ekspansi kredit inilah yang nantinya akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

“Likuiditas kuat tercermin dari AL/DPK tercatat tinggi 25,62%,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (22/5/2024).

BI mencatat per April 2024 suku bunga perbankan dalam posisi stabil, kendati era suku bunga tinggi masih bertahan untuk waktu yang lebih panjang.

Suku bunga deposito dan kredit per April 2024 masing-masing 4,59% dan 9,25%, relatif stabil dibandingkan dengan perkembangan bulan sebelumnya.

“Suku bunga perbankan tetap terjaga dipengaruhi memadainya likuiditas perbankan sejalan dengan bauran kebijakan BI sejalan dengan kebijakan KLM (Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial) dan dampak kebijakan transparansi SBDK,” tegasnya.

Sejalan dengan likuiditas yang membaik, BI juga mencatat pertumbuhan kredit per April 2024 sebesar 13,09% secara tahunan (yoy). Angka pertumbuhan tersebut merupakan rekor tertinggi sejak Oktober 2018.

Hal itu seiring dengan menguatnya permintaan pembiayaan dari debitur dan penawaran dari bank.

Perry mengatakan bahwa dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kinerja korporasi. Hal ini terlihat dari kredit investasi dan modal kerja yang tumbuh lebih tinggi, yakni 15,69% yoy dan 13,25% yoy. Pada periode yang sama kredit konsumsi naik 10,34% yoy.

Dengan pertumbuhan likuditas dan kredit yang cukup baik. BI meyakini ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5%. Adapun, target BI berkisar 4,7% – 5,5%.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


OJK Sebut Pertumbuhan DPK Bank Melambat, Likuiditas Masih Aman


(haa/haa)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *